

Penulis | Pembicara | Pencerita
Suatu malam yang penuh ilmu. Pengurus Dewan Dakwah Depok, dipanggil menghadap beliau, Ustaz Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah 2020-2025). Bertempat di Pondok Pesantren At-Taqwa, Depok. Tempat beliau menjadi pengasuh rumah ilmu itu. Perkaranya, terkait dengan bagaimana Dewan Dakwah Depok punya semacam “Markas Dakwah” sekaligus bisa menghidupkan kembali sebuah masjid di Fatahilah, Tanah Baru.
Selain soal internal, sebagai seorang ulama, guru sekaligus aktivis, tentu beliau sampaikan pesan-pesan pergerakan dakwah yang berguna bagi siapa saja. Mungkin, terlihat sederhana. Tapi, pesan ulama pasti punya dampak yang dahsyat jika kita yang mendengarkannya benar-benar optimal mengamalkannya. Saya sempat menangkap beberapa diantaranya:
Pertama, Aktif Komentarin Isu Aktual Keumatan. Bagi yang merasa sebagai seorang aktivis muslim, tokoh pergerakan Islam atau pendakwah, diharapkan aktif berpartisipasi dalam urusan keumatan yang sedang aktual. Urusan keumatan ini tentu saja tidak jauh-jauh dari urusan keIslaman dan keIndonesiaan. Memberikan pencerahan yang benar kepada umat ini atas beragam problematika. Untuk bisa melakukannya, tentu tak bisa dilakukan begitu saja. Mesti punya bekal ilmu yang cukup, ilmu yang mumpuni agar beragam komentar, masukan ide dan gagasan yang disampaikan benar-benar mencerahkan, bukan malah menyesatkan. Dibalik pesan ini, dengan begitu, terus mendalami ilmu adalah sebuah keniscayaan. Sepanjang hayat, tanpa henti.
Kedua, Hadirlah di Media Sosial. Siapa diri kita? Apa yang sedang kita perjuangkan? Semua mungkin dipahami oleh orang-orang di sekitar kita. Tapi, kalau ingin dikenal publik luas, maka ada cara yang relevan sekarang ini yaitu aktif di media sosial. Memublikasikan beragam aktivitas yang dilakukan, mimpi dan perjuangan yang sedang dijalankan juga tak lupa aktif berbagi ilmu. Dengan demikian, orang akan mendapatkan beragam kemanfaatan dari kehadiran kita. Untuk selanjutnya, tentu terbuka dukungan dari publik ketika kita ingin misalnya bergerak untuk ikut andil menyelesaikan problem keumatan yang ada. Di sini, yang dibutuhkan adalah konsistensi, keistiqomahan.
Ketiga, Bicara Program Mulailah Dari yang Ada. Seperti saat beliau mulai bangun Pondok At-Taqwa. Mulai dari santri 2 orang di rumahnya. Lalu menyewa tempat semacam ruko atas bantuan sesama pendakwah, sampai bisa seperti sekarang. Berdiri kokoh sebuah pondok di atas tanah wakaf, dengan santri ratusan dan guru puluhan, semuanya itu berawal dari yang ada. Bukan dari bantuan orang lain. Tapi, karena program sudah dimulai, maka Allah memberikan kemudahan. Sambutan dan partisipasi datang dari berbagai arah.
Lagi-lagi, mungkin pesan dan nasihat di atas, sederhana saja. Tapi, pesan ulama, pesan guru, bakal menjadi dahsyat jika kita benar-benar mau mengamalkannya. Punya bekal ilmu cukup agar kita bisa ikut andil mencerahkan umat, hadir di media sosial agar apa yang sedang kita perjuangkan mendapat dukungan, serta memulai program dengan yang ada pada diri sendiri sambil berdoa Allah mudahkan jalannya. Itulah pesan yang bisa kita (saya) amalkan. Bismillah. []