Ayahmu Seorang Penulis, Nak!

Ayahmu Seorang Penulis, Nak !
Oleh: Yons Achmad
(Penulis, tinggal di Depok)

“Ayah, aku dapat tugas, ceritakan pekerjaan ayah,” kata Jingga anak saya.
“Tulis saja pekerjaan ayah seorang penulis,” kata saya.
Setelah ngobrol beberapa saat, dibuku tugasnya tertulis.


***

Ayahku bernama Yons Achmad. Seorang penulis. Ayahku setiap hari menulis, baik atas nama sendiri atau atas nama orang lain. Sudah banyak buku yang ditulis ayahku. Dari hasil menulis, semua untuk kebutuhan keluarga. Mulai dari makan, membayar sekolah, rumah dan beragam keperluan lainnya. Sebagai penulis, ayahku sangat suka membaca, koleksi bukunya ribuan. Selain menulis, apa yang dikerjakan ayahku? Dijawabnya, menjadi pembicara diberbagai acara (Talkshow, seminar, pelatihan). Selain itu, ayahku juga pendiri perusahaan agensi branding bernama PT Brandstory Progres Indonesia. Ayahku paling suka dan bangga menyebut dirinya seorang penulis. Menulis adalah jalan hidup ayahku. I Love u Ayah.

***

Narasinya boleh juga.  Membuat mata ayahnya sedikit berkaca-kaca. Bakat ayahnya sedikit banyak menurun. Ahai. Dan memang benar adanya, ayahmu memang seorang penulis, Nak! Dan ayah bangga dengan sebutan ini. Kata seorang penulis bernama Pramoedya Ananta Toer “Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian”. Sebelumnya, ia pernah berkata ”Orang boleh pandai setinggi langit, tapi kalau tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan sejarah.” Ayah tentu setuju dengan ungkapan demikian.

Ayah juga ingat kata-kata AL-Ghazali “Kalau kau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Sebelum total menjadi penulis, ayah mulai karir sebagai jurnalis. Bekerja mengabarkan beragam fakta untuk pembaca, bekerja untuk perusahaan media. Hanya kemudian, memutuskan pensiun sebagai jurnalis dan total menjalani hidup sebagai penulis. Dalam hidup, ayah tidak suka setengah-setengah. Kalau sudah menjalani sesuatu, harus totalitas. Ayah yakin bisa menghidupi ibumu dan anak-anak. Semuanya. Termasuk keluarga besar.

Ayah dulu ingin hidup sendirian saja. Tinggal di apartemen. Membaca dan menulis saja. Khususnya menulis novel dengan beragam nama samaran dan karya laku dipasaran. Sementara, ayah bisa dapat banyak uang dan bisa jalan-jalan ke mana saja yang disuka tanpa ada orang yang mengenalinya. Hanya, di Bali, ayah kenal ibumu. Kami  lalu menikah dan lahirlah anak-anak ayah (Jingga Kanaya, Java Profetika dan Janna Ayasofia). Hidup kemudian sesuai rencana Allah.

Ayah, tentu kelak akan membiarkan kalian, anak-anak ayah menjadi apa saja. Hanya saja,  membaca dan menulis kalau tak menjadi profesi, ya setidaknya menjadi hobi. Kalian suka membaca, itu sudah membuat ayah dan ibumu bangga. Kenapa?  Karena: pendidikan yang menjauhkan anak dari buku, sudah pasti pendidikan yang keliru.

Satu lagi, kenapa ayahmu masih terus membaca dan menulis? Begini Nak. Ayah sudah merenung sekian lama, kalau Allah kelak di akhirat bertanya,  kira-kira kontribusi (peran) apa yang sudah kamu lakukan semasa hidup di dunia? Ayah akan menjawab tegas, menulis, menyampaikan kebenaran, walau hanya beberapa ayat saja, itulah amalan unggulan yang akan ayah beberkan.

Baiklah Nak, ayah akan melanjutkan pekerjaan dulu. Sehat-sehat selalu. Tetaplah Al-Quran selalu ada dalam pelukanmu.

Salam Sayang

Ayahmu

About the Author

Yons Achmad

Penulis | Pembicara | Pencerita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these