

Penulis | Pembicara | Pencerita
Istilah THR alias Tunjangan Hari Raya selalu marak dibicarakan saat mendekati lebaran. Biasanya, berupa uang yang lumayan, sebagai tambah-tambah isi dompet sambut lebaran. Saya sendiri, tidak pernah mendapatkan apa yang disebut THR itu. Maklum, saya memang tidak bekerja pada lembaga, instansi maupun perusahaan manapun. Saya bekerja mandiri, dengan bendera usaha PT sendiri. Jadi, tidak pernah menerima.
Itu sebabnya, THR bagi saya tidak begitu ada artinya. Tidak menarik. Karena tidak pernah dapat. Ahai. Tapi, kalau dikaitkan dengan orang yang berpuasa, apakah THR menjadi ada maknanya? Tentu saja. Ketika, kita berani dan coba geser arti dan maknanya. Sebut saja THR diartikan sebagai Takwa, Hadiah dan Rahmat. Tentu, ini menjadi isu yang kemudian menarik.
Ya, selain sebagai usaha menghibur diri, siapa tahu, upaya menggeser makna ini ada manfaatnya juga. Kita coba.
Pertama, Takwa. Secara filosofis, takwa diartikan menjunjung tinggi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Bagi orang yang berpuasa, itulan jalan menuju takwa. Hanya orang-orang yang beriman saja yang mendapatkan panggilan untuk berpuasa ini. Lewat ketakwaan, manusia akan mempunyai derajat yang tinggi di sisiNya. Sementara, dalam dimensi kemanusiaan, ia merasakan perihnya orang yang menahan lapar, sehingga semestinya membuatnya lebih peduli pada fakir miskin dan orang-orang yang berada di dalam kekurangan.
Kedua, Hadiah. Bagi yang berpuasa, ia akan mendapat pahala langsung dari Allah. Selebihnya, setelah keimanan seseorang, ia akan mendapatkan “hadiah” berupa Al-Quran sebagai petunjuk. Bagaimana dalam setiap laku kehidupan, Al-Quran menjadi pedoman utama. Maka, ia kemudian berjalan di muka bumi atas kehendakNya. Seperti yang Allah mau. Kalau sudah begitu, pasti semua akan dicukupkan.
Ketiga, Rahmat. Bisa diartikan sebagai kasih sayang atau belas kasih dari Allah, mencakup anugerah, kebaikan, dan kemurahan hati-Nya yang melimpah kepada seluruh makhluk-Nya. Puasa, sejatinya juga sebuah jalan untuk mendapat rahmat Allah. Sebuah jalan menjadi kekasih Allah. Menjadi manusia kesayangan Allah. Kalau sudah demikian, maka tak perlu ragu dan bimbang akan nasibnya di dunia, semuanya pasti sudah Allah berikan kasih sayang sebagaimana mestinya.
Kita semua, saya kira sepakat kalau THR yang ini lebih berharga. Lewat takwa menjadi manusia yang punya derajat tinggi di mata Allah? Siapa yang berani merendahkannya? Lantas, mendapatkan “hadiah” berupa Al-Quran sebagai petunjuk laku kehidupan. Setelahnya, diberikan rahmat berupa kasih sayang Allah. Sungguh, sebuah THR yang tentu selalu kita nantikan.
Jujur, saya pribadi, sangat berharap mendapat THR dari Allah. Bukan yang lain.