

Penulis | Pembicara | Pencerita
Dialah sosok di balik layar itu. Dzelvi Ermawe. Lulusan Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Dia angkatan 2006. Istri yang belasan tahun hidup bersama dengan saya. Tentu, dengan penuh kesabaran luar biasa yang menerima saya apa adanya.
Dia pula, yang terus memotivasi, menjajal beragam peran kehidupan. Dia yang menerima saya, seorang penulis, untuk menjadi suaminya. Ya, pada saat melamarnya, saya jelaskan pekerjaan saya penulis. Tidak ada yang lain. Dan, kami benar-benar hidup dan dihidupi oleh kata-kata untuk sekian lama. Dalam prosesnya, ternyata, saya lebih banyak menulis untuk orang, lembaga atau perusahaan.
Sampai, obrolan memasuki babak baru. Bagaimana kalau jangkauan diperluas. Tak hanya produksi teks (kata) tapi juga audio visual (video). Boleh juga idenya. Sebelumnya, selain menulis saya memang sudah membuka beberapa perusahaan (PT) bidang komunikasi dan Public Relations (PR). Jalan, tapi kurang maksimal. Mungkin terlalu luas jangkauan. Sampai dia usul.
“Ayah, bagaimana kalau bikin perusahaan baru, aku punya nama bagus “Brandstory,” katanya.
Dijelaskan, jadi fokusnya bikin produksi cerita baik sosok maupun brand-brand dalam beragam bentuk, baik teks semisal biografi, kisah sukses perusahaan, sampai liputan-liputan kisah sukses dalam bentuk feature (berita kisah) video.
“Boleh juga.”
Tanpa pikir panjang. Berdirilah PT Brandstory Progres Indonesia. Perusahaan yang didirikan dengan tim anak-anak muda kreatif yang fokus jadi semacam konsultan branding (branding agency). Inilah yang kemudian saya dan tim jalankan. Sementara, dia fokus urus bisnisnya sendiri bidang kesehatan (home care) khusus perawatan luka dan bisnis kuliner warisan orang tua.
Ada beberapa layanan jasa tentu saja. Bisa dilihat di website brandstory.id. Layaknya sebuah perusahaan jasa, seperti biasa, tidak langsung “tembak sasaran”. Perlu media elegan sebagai jembatan komunikasi.
Maka lahirlah “Podcast Depok”. Sebagai jembatan kami bisa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh, narasumber yang diundang, begitu juga khalayak ramai dalam jangkauan yang lebih luas. Di situlah kemudian peluang-peluang kolaborasi terbuka luas.
Ide “Podcast Depok” sendiri awalnya saya jajakan ke banyak orang. Baik perusahaan, termasuk Pemkot Depok. Saya “Jualan Ide” ke mana-mana. Hampir 6 bulan. Sayang, belum ada yang mau berkolaborasi. Sampai, ide itu terwujudkan kolaborasi dengan kawan “Selingkaran”, kawan “Ngaji Pekanan”.
Saya ada modal beberapa alat produksi dan kawan itu, seorang pengusaha muda juga, menyediakan tempat yang representatif. Sebuah studio foto yang “disulap” dadakan ketika ada siaran “Podcast Depok”. Alhamdulillah, setahun sudah perjalanan.
Ada yang baru? Jelas. Konon, kami dinilai terlalu kaku, formal dan setting podcast kayak wawancara di istana negara, dengan meja formal dan sofa. Kru yang muda-muda juga kurang suka. Maka, di 2025 ini kami ubah, jadi lebih minimalis, simpel, dengan meja podcast yang harapannya bisa bikin obrolan-obrolan lebih cair.
Nah, sebagai pengantar sesi baru di 2025, kemarin “Podcast Depok” “Dibajak” oleh istri sebagai host dan saya sebagai narasumbernya. Yang bakal ngobrol “Blak-blakan” seputar “Podcast Depok”. Tunggu tayangnya ya.
Memangnya, bisnis podcast kayak begitu masih ada cuannya?
Beberapa orang tanya begitu. Tenang. Nanti, ada jawabannya di tayangan session baru. Oh ya, doakan juga, habis lebaran akan ada ruangan khusus podcast juga di depan studio yang bisa dipakai, digunakan, disewakan untuk teman-teman bikin podcast atau konten-konten lainnya. Tentu dengan studio representatif dan kedap suara tentu saja.
Sampai di sini, sebenarnya saya hanya ingin mengucapkan kepada kekasih saya itu. Maklum, saya orangnya agak kurang bisa mengekspresikan rasa cinta. Untuk bilang “I Love You” kok rasanya geli he he. Ya, ucapan terimakasih, sudah sabar bertahan, membersamai suami dan anak-anak. Family is more than everything.
Dia pula, yang terus mendorong saya untuk berani dan percaya diri tampil di depan kamera. Tidak lagi jadi “Manusia Kamar”. Ya, saya memang begitu, jarang sekali ketemu orang. Bahkan, beberapa tahun belakangan saya nyaris tidak pernah ke luar malam. Habis isya jamaah, pulang ke rumah. Tidak ke luar lagi. 2025, bismillah saya coba lebih bisa bersosialisasi dan lebih banyak mau datangi undangan “ngopi-ngopi”.
Tapi kan konon #Indonesiagelap Bang?
Tenang. Tetap optimistis. Terus jalani karir dan bisnis dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Insyaallah ada hasilnya. Pelan atau cepat. Kita toh hanya diwajibkan berusaha. Hasil dan rezeki kita serahkan padaNya.
Yang penting, terus membuka diri, memainkan personal branding dan membuka komunikasi. Kenapa? seperti biasanya, masalah sebesar apapun, bisa diselesaikan asalkan dikomunikasikan.
Sementara ini dulu ya. Saya doakan bisnis dan karir teman-teman melejit di 2025 ini. Terimakasih
Salam
Yons Achmad
Founder & CEO Brandstory. ID
PT Brandstory Progres Indonesia