Veteran. Energinya tak pernah habis. Ini yang saya lihat sepintas. Istilah veteran sendiri secara semena-mena saya ambil dari dunia militer, mereka yang pernah berjibaku, bertempur di lapangan. Beda dengan purnawirawan yang mungkin tak pernah ikut bertempur sekalipun, tahu-tahu tugasnya selesai. Istilah veteran ini, kemudian bolehlah diperluas sebagai makna mereka yang pernah bertempur habis-habisan dalam bisnis dan karier. Tapi kemudian menolak berhenti karena napas sebagai amunisi utama masih menyala.
Kita ambil contoh, seorang mantan “bos” saya. Umurnya boleh dibilang tak muda lagi, umur 78 tahun. Mantan petinggi Bank Indonesia. Pernah dipenjara sekian lama. Menyerah? Tidak, ia memutuskan terjun ke dunia politik setelahnya. Menjadi petinggi juga pada sebuah partai politik, mendukung penuh salah satu kandidat calon presiden. Akhirnya, di usianya sekarang, duduk manis menjadi salah satu komisaris perusahaan pemerintah. Energi yang tetap menyala di masa tuanya.
Cerita lain, seorang mantan duta besar. Usianya kini, 79 tahun. Tinggal sendirian pada sebuah apartemen di bilangan Jakarta Pusat. Saya pernah sedikit membantunya membukukan kisah hidupnya dalam bentuk biografi. Di usia senjanya, dirinya masih ingin sekali berkontribusi untuk bangsa. Anak-anaknya sudah sukses dan hidup mandiri semua. Kondisi keuangan masih baik. Dirinya juga masih sehat dan segar bugar. Maka, secara rutin, sebagai bentuk kontribusi, digelarlah diskusi rutin kebangsaan pada kafe di bawah apartemennya. Itulah aktivitas utama sekarang. Ngumpul-ngumpul bareng kawan, ngobrol-ngobrol menikmati sisa hidup.
Kisah yang ini, seorang mantan “orang Pabrik” di Cikarang. Meniti karier pada perusahaan sejak umur 19 tahun. Sampai “Pensiun” pada umur 55 tahun. Dirinya merasa masih kuat dan bisa berkontribusi. Pulang ke kampung, membeli beberapa petak sawah. Untuk berkebun, memelihara ikan dan beberapa binatang ternak lainnya. Dengan uang hasil pensiun, dirinya juga membuka banyak usaha yang dijalankan oleh mantan teman SD-SMP nya dulu di kampung. Selebihnya, ia sepedaan nostalgia masa kecil dan fokus pada program “Jumat Berkah”, berikan makan setiap Minggunya pada penduduk sekitar.
Lain lagi, seorang dokter. Umurnya, sekira 70-an tahun. Kisahnya pernah saya bukukan. Pernah berkiprah di rumah sakit pemerintah, lalu punya rumah sakit sendiri. Karier di rumah sakit pemerintah memang sudah “pensiun”. Tapi, masih aktif urus rumah sakitnya sendiri. Sekarang, masih tetap fokus dan sibuk wujudkan satu mimpinya yang belum tercapai. Membangun sebuah masjid yang dedikasi dan pahalanya diperuntukkan bagi almarhumah ibunya.
Saya setuju dengan ungkapan, “Umur Hanya Angka”. Maknanya, usia tidak seharusnya menjadi batasan untuk melakukan sesuatu, mengejar impian, atau menikmati hidup. Frasa ini menekankan bahwa yang lebih penting adalah sikap, pengalaman, dan semangat hidup seseorang, bukan jumlah tahun yang telah dijalani. Hari ini, saya belajar banyak tentang energi seorang veteran yang tak habis-habisnya. []
(Yons Achmad, kolumnis tinggal di Depok)