Siasat Kepala Semut

Siasat Kepala Semut
Oleh: Yons Achmad
(Pendiri Brandstory.id)

Paul Jarvis, pernah menulis buku yang lumayan bagus. Judulnya “Company of One: Why Staying Small Is the Next Big Thing for Business”. Buku yang sedikit membuka perspektif baru dan saya tentu berusaha mengaplikasikannya. Terkait dengan buku, dulu saya membaca buku apa saja yang dirasa menarik. Pelan-pelan kini saya sedikit menyeleksi bacaan. Semata-mata, untuk menghemat waktu tapi tetap update pada perkembangan terbaru. Hanya buku-buku terbaik di bidangnya yang kemudian saya baca.

Company of One adalah salah satu nya. Buku ini menawarkan sudut pandang dan pendekatan baru dalam berbisnis atau membangun sebuah usaha. Dalam konsep bisnis ini, pendekatan yang ditekankan adalah bukan untuk membuat segalanya semakin besar tapi semakin baik. Mengembangkan sebuah usaha tidak selalu berpatokan pada makin bertambahnya karyawan atau makin banyaknya cabang usaha yang dimiliki. Bisnis yang tetap dibuat “kecil” pun tetap bisa kuat dan bertahan dalam jangka panjang. Sebuah teori menarik agar bisnis tetap bertahan dan terus tumbuh. Relevan mengikuti zaman.

Seperti dalam karir juga begitu. Hidup itu pilihan. Ibaratnya, menjadi ekor gajah atau kepala semut. Dalam arti, misalnya menjadi bawahan dalam perusahaan yang besar, atau menjadi misalnya pemimpin perusahaan sendiri. Ya memang, ada juga yang tetap kepingin menjadi kepala gajah. Boleh-boleh saja. Tapi, hidup kelak juga mengajarkan, tak mudah untuk sampai kepada capaian itu.

Saya sendiri sekarang dalam posisi kepala semut. Memimpin sebuah perusahaan kecil dengan tim tak sampai 10 orang. Tapi, kami mencoba bergerilnya, mencoba bergerak cepat dengan keunggulan yang kami punya. Teori “Company of One” tadi, terus terang menjadi basis pengetahuan yang coba kami ejawantahkan dalam aktivitas bisnis harian. Tentu diselaraskan dengan corak perusahaan masing-masing.

Misalnya, tidak terjebak pada obsesi paradigma pertumbuhan tanpa henti (hypergrowth), tapi membuka opsi lain yaitu tetap dalam skala dan tim kecil tapi dikelola dengan baik dan selaras dengan visi misi pendirian perusahaan. Dalam manajemen, tentu yang demikian ini sebagai bentuk semacam menjaga biaya rendah (cost efficiency) tapi tetap fokus pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Walaupun begitu, agar tim tetap relevan, tentu tetap perlu berinvestasi dalam pengembangan diri dan keterampilan (personal development). Tanpa itu, tim bakal tergerus, ketinggalan dan tak relevan.

Terlepas dari itu, siasat tentu juga perlu dimainkan. Terinspirasi oleh Surat An-Naml (semut) dalam Al-Quran. Di mana surat ini juga mengajarkan tentang keajaiban Allah yang tidak terbatas pada makhluk besar, tetapi juga terdapat pada semut yang sering kita abaikan, maka filosofi semut juga perlu ditafsirkan. Umpamanya, ia selalu responsif, komunikatif dan kolaboratif. Layaknya semut yang selalu responsif jika ada semut lain yang kelaparan, ini bentuk kepedulian. Komunikatif, di mana antar semut saling terhubung satu dengan yang lain. Juga kolaboratif, menggotong sumber makanan secara bersama-sama sampai ke sarangnya untuk dinikmati bersama.

Semua itu, dengan hadirnya “Kepala Semut”. Kerja-kerja menjadi semakin terarah, rapi dan sampai pada tujuan yang diinginkan. Rasa-rasanya, siasat kepala semut ini diperlukan bagi mereka yang punya lembaga atau perusahaan yang masih tetap berjalan, walau bukan kategori “raksasa”. Boleh kecil, tapi tetap berkontribusi untuk terus berdampak bagi banyak orang dengan solusi-solusi terbaiknya, itulah karya dan hasil dari aktivitas positif versi terbaik kita. []

About the Author

Yons Achmad

Penulis | Pembicara | Pencerita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these