Ultah InDemo Ke-25, Aktivis dan Sedikit Cerita

Ultah InDemo Ke-25, Aktivis dan Sedikit Cerita
Oleh: Yons Achmad
(Kolumnis, tinggal di Depok)

InDemo merayakan ultah ke-25, di Hotel Green Forest Bogor Jl. RE. Soemantadiredja No.99, Pamoyanan, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu, 15 Januari 2025. Acara dihadiri oleh banyak banyak aktivis dan tokoh publik. Antara lain seperti mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie, kader Muhammadiyah Sukidi, ahli hukum Todung Mulya Lubis, ekonom Anthony Budiawan, pakar telematika Roy Suryo, mantan wartawan senior Kompas Jus Soema Dipradja, Muslim Arbi, Syahganda Nainggolan, Eggy Sudjana dll.

Penggagas InDemo (Indonesia Democracy Monitor), didirikan oleh, tak lain tak bukan, dialah Hariman Siregar. Mahasiswa kedokteran yang menabuh genderang perlawanan di tahun 1974. Sebagai ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (DEMA UI), ia memimpin demonstrasi pada 15 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka. Demonstrasi yang berakhir rusuh itu menolak kebijakan pemerintah mengenai investasi asing (utamanya Jepang) yang dianggap merugikan Indonesia.

Rezim kemudian menangkap Hariman dan 775 orang aktivis lainnya, 50-an di antaranya pemimpin politik dan cendekiawan. Pemerintah menyebut demonstrasi yang berujung kerusuhan sosial itu dengan istilah “Malari” (Malapetaka 15 Januari 1974). Sebuah istilah yang menurut akivis kala itu sengaja dipilih oleh penguasa dengan menonjolkan sisi kerusuhan untuk membangun citra buruk gerakan anti-pemerintah.

InDemo sendiri merupakan sebuah lembaga yang konsern akan perkembangan politik pelaksanaan demokrasi, InDemo memosisikan sebagai sebuah lembaga oposan independen yang memantau pelaksanaan demokrasi di Indonesia, oposisi yang dilakukan oleh InDemo bukan suatu oposisi yang garang akan tetapi oposisi versi InDemo yakni oposisi konsepsional, bukan oposisi aktor yang berorientasi pada kekuasaan.

Oposisi InDemo tidak berorientasi pada kedudukan atau kekuasaan. InDemo tidak akan bicara perlu atau tidaknya seorang penguasa mundur atau terus pada jabatannya. InDemo hanya memonitor dan melancarkan kritik terhadap strategi pembangunan yang ada. Itu narasi awal dari InDemo. Walaupun kemudian, ada yang memlesetkan InDemo sebagai singkatan dari “Indonesia Demo” atau “Indonesia Demonstrasi.” karena memang banyak aksi yang digelar.

Acara Ulang Tahun InDemo yang ke 25 tahun ini pelaksanaannya melibatkan kader-kader muda InDemo kalangan mahasiswa bernama SKUAD (Sekolah Kaderisasi Untuk Aktivis Demonrasi).

Selama ini kata Hariman, InDemo mengusung tema Revolusi Yang Kita Mau. Sekarang ini temanya “Demokrasi Yang Kita Mau”.

”Dari dulu kita ngomongnya revolusi yang kita mau, sekarang demokrasi yang kita mau,” kata Hariman Siregar.

Seiring perjalanan, InDemo, pimpinan Hariman Siregar dirikan Sekolah Kaderisasi untuk Aktivis Demokrasi (SKUAD) Angkatan 1 (2024). SKUAD menyediakan ruang belajar dan berbagi bagi para kaum muda, khususnya yang tertarik dan bergiat dalam demokrasi, untuk mempelajari bersama tentang: berbagai hal seputar demokrasi (ajaran dan isu-su tematik), pengembangan diri (public speaking, quantum writing, teknik advokasi, membangun opini publik), kepemimpinan di era artificial intelligence, serta kegiatan lapangan (kunjungan tokoh/lembaga, SKUAD Camp, magang).

SKUAD INDEMO bertujuan untuk: mencetak para aktivis demokrasi yang memiliki karakter aktif-berani-cerdas-determinan (ABCD), memperluas jaringan aktivis, hingga terbentuk generasi yang mampu mengorganisasi gerakan serta peka terhadap realitas masyarakat. Nah, kebetulan, saya satu diantaranya yang menjadi pemateri SQUAD ini. Jadi bisa turut serta hadir juga dalam perayaan InDemo kali ini. Selain itu ada nama Rocky Gerung (Filsuf), JJ Rizal (Sejarawan), Asfinawati (LBH), Firman Noor (Guru Besar Politik UI), Bagja Hidayat (Podcast Bocor Alus) dll.

Hanya, satu hal yang menarik dari acara itu adalah “Reunian Aktivis”. Ya, setiap tahun, acara perayaan HUT InDemo adalah ajang pertemuan para aktivis. Biasanya, para aktivis-aktivis muda lebih banyak mendengar cerita dan kisah-kisah aktivis senior (untuk tak menyebut aktivis tua). Yang kalau misalnya bicara “Kemarin saya”. Itu artinya, kejadian di tahun 70-an tahun 80-an. Yang bisa jadi aktivis-aktivis muda (junior) itu bahkan belum lahir. Terlepas dari semua itu, ada niat sama dari semuanya yang hadir. Ingin melihat Indonesia menjadi lebih baik. Itu saja. Tak ada yang lain. []

About the Author

Yons Achmad

Penulis | Pembicara | Pencerita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these